Besilamadalah sebuah perkampungan yang terletak di Bumi Sumatra Utara lebih tepatnya di daerah Kabupaten Langkat, Kecamatan Padang Tualang, sekitar 65 km dari kota Medan.. Etimologi. Secara etimologis, "besilam" berarti pintu kesejahteraan. Kampung ini pertama sekali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam.
MaqamTuan Guru Besilam Babussalam Langkat. Maqam Tuan Guru Besilam Babussalam Langkat. Jump to. Sections of this page. Accessibility Help. Press alt + / to open this menu.
Diketahui Tuan Guru Besilam Babussalam Syekh H Hasyim Al-Syarwani menderita sakit yang dikarenakan karena saraf kejepit yang diderita almarhum. Almarhum tuan guru meninggal pada usia 77 tahun. Pantauan www.tribun-medan dilokasi, jenazah almarhum disemayamkan di dalam masjid atau yang biasanya dinamakan rumah suluk Babussalam Besilam.
cash. Syekh Abdul Wahab Rokan, pemuka tarekat yang berpengaruh di Sumatera dan Malaysia, diyakini punya banyak karomah. Karena itu kuburnya ramai diziarahi. Tapi terpenting, ia meninggalkan sejumlah karya tulis berbahasa Melayu seperti syair yang masih dilantunkan orang sampai sekarang. Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang terkenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam atau Besilam” adalah pemimpin tarekat Naqshabandiah-Khalidiah, yang tidak hanya berpengaruh di daerah Sumatera, tetapi juga sampai Semenanjung Malaya. Makamnya di di Babussalam, Tanjungpura, Sumatera Utara. Hingga kini makamnya masih diziarahi oleh ribuan umat, terutama setiap peringatan hari wafat haul-nya. Yang datang menziarahi kuburnya tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara. Abdul Wahab, yang waktu kecil bernama Abu Qaim ini lahir pada 19 Rabi’ul Akhir 1230 H./28 September 1811 M. di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Riau, dan afat pada tanggal 21 Jumadil Awal 1345 H./27 Desember 1926 M. di Babussalam. Ayahnya, Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, keturunan raja-raja Siak yang disegani pada zamannya. Sedangkan ibunya, Arba’iah binti Datuk Dagi, masih mempunyai pertalian darah dengan Sultan Langkat. Abdul Wahab besar di lingkungan keluarga yang sangat menjunjung agama. Nenek buyutnya, H. Abdullah Tambusai, dikenal sebagai ulama besar dari golongan raja-raja. Dengan “bibit” yang demikian, Abdul Wahab sejak kecil telah terdidik, terutama dalam hal keagamaan. Setelah belajar kepada sejumlah ulama di daerahnya, pada 1846 Abdul Wahab pergi ke Semenanjung Melayu dan tinggal di Sungai Ujung Simunjung, Negeri Sembilan. Di tempat ini ia belajar kepada Syekh Muhammad Yusuf Minangkabau dan Syekh H. Muhammad Yusuf, mufti Kerajaan Langkat yang diberi digelar “Tuk Ongku”. Dua tahun kemudian ia meneruskan pelajaran ke Mekah. Kurang lebih enam tahun dia belajar di Mekah. Dan di Kota Suci ini pula Abdul Wahab ia memperdalam ilmu tasawuf dan tarekat pada Syaikh Sulaiman Zuhdi sampai ia memperoleh ijazah sebagai khalifah besar tarekat Naqsabandiah-Khalidiah. Sekembalinya dari Mekah pada tahun 1852, ia mendirikan kampung yang diberi nama Tanjung Masjid di Riau, dan menyiarkan agama dan tarekat yang dianutnya, hingga Sumatera Utara dan Malaysia. Awalnya hanya mengajar di kampung yang didiriknnya itu Tanjung Masjid, daerah Kubu Bagan Siapi-api, Riau. Namun, pada 1856 ia mulai memperluas wilayah dakwahnya hingga ke Sungai Masjid, Dumai, Riau. Kemudian, ia mulai menyentuh Kualuh, Labuhan Batu pada 1860, mengajar di Tanjung Pura, Langkat 1865, Gebang 1882, dan akhirnya berpindah ke Babussalam, Padang Tualang, Langkat, sampai akhirnya. Babussalam atau Bessilam adalah kampung yang ia dirikan dan kembangkan bersama keluarga dan pengikutnya, yang merrupakan pemberian Sultan Langkat. Abdul Wahab Rokan mewariskan pemikirannya dalam beberapa tulisan. Pertama, 44 Wasiat. Kitab ini berisi pelajaran adab akhlak murid terhadap guru. Wasiat ini ditujukan kepada anak cucunya, baik anak kandung maupun anak murid. Dipesankannya agar anak cucunya menyimpan sekurang-kurangnya satu buah buku wasiat ini, dan sering-sering membacanya, seminggu sekali atau sebulan sekali dan sekurang-kurangnya setahun sekali, serta diamalkan segala apa yang disebut di dalamnya. Kedua, Syair, yang juga ditulis dalam aksara Arab-Melayu yang sampai hari ini masih terus dilantunkan di Madrasah Besar Babussalam oleh setiap muazzin sebelum azan dikumandangkan. Syair Munajat pada dasarnya mengandung puji-pujian kepada Allah, doa mohon ampun dan kelapangan hidup dunia dan akhirat. Ketiga, Kumpulan Khutbah Jum’at yang dikumpulkan oleh khalifah Abdul Malik Said terdiri dari Ma’asyiral Jum’at, Ma’asyiral Mengingat Mati, Ma’asyiral Memperbanyak Bekal ke Akhirat, Ma’asyiral Bulan Rajab, Ma’asyiral Bulan Ramadan, dan Ma’asyiral Kelebihan Jum’at. Keempat, Kisah-kisah Sufistik yang isinya antara lain, Kisah Ular Hitam dan kisah tentang Nabi Sulaiman. Kisah-kisah tersebut ditulis dengan bahasa daerah Melayu asli. Abdul Wahab Rokan selain dikenal dengan sifat zuhud atau asketisnya, yang senantiasa mengingatkan murid-muridnya untuk tidak bermegah-megah dengan dunia dan kebesarannya, juga dipercayai para pengikut tarekatnya memeliki sejumlah karamah, atau kekuatan supernatural yang umum dimiliki para aulia. Di antaranya yang paling populer adalah mencukupkan makanan yang sedikit untuk orang banyak. Diceritakan, ketika warga bergotong gotong-royong membangun anak sungai di Kampung Babussalam, nasi bungkus yang akan dibagikan kepada warga ternyata jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah orang yang kerja bergotong-royong itu. Syekh lalu meminta nasi yang sudah sempat dibagikan itu dikumpulkan dalam sebuah bakul. Kemudian ia menutupi bakul itu dengan selendangnya dan berdoa. Beberapa saat setelah itu, para petugas kemudian membagikan kembali nasi bungkus itu, dan ternyata jumlahnya lebih dari cukup. Kabar lain menyebutkan, ia bisa mendorong perahu-perahu dengan mudah, padahal perahu-perahu itu sangatlah berat dan tak mampu didorong oleh seorang saja. Syahdan, pemerintah kolonial pernah menuduh Syeikh Abdul Wahab membuat uang palsu, hanya semata karena mereka tidak pernah melihat ia kekurangan uang. Lantaran tersinggung, ia pun meninggalkan Kampung Babussalam dan pindah ke Sumujung, Malaysia. Pada saat hijrah itulah ia menyempatkan waktu mengembangkan tarekat Naqshabandiah di Malaysia. Anehnya, selama Syekh Abdul Wahab meninggalkan kampung halamannya, konon sumber-sumber minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij sekarang bernama Pertamina di Langkat menjadi kering. Ikan di sekitar peraairan Langkat pun raib. Tak syak lagi, para pembesar Langkat pun cemas dibuatnya. Akhirnya Syekh Abdul Wahab dijemput dan dimohon untuk kembali ke Babussalam. Setelah itu, sumber minyak pun mengalir dan ikan-ikan bertambah banyak di lautan. Satu lagi, ketika Syekh Abdul Wahab ikut perang melawan Belanda di Aceh pada tahun 1891, ia mampu terbang, melayang di udara, lalu menyerang musuh dengan gagah perkasa, sementara tubuhnya tidak mempan oleh senjata apa pun yang dipunyai Belanda kala itu.
Tanjung Pura merupakan sebuah kota di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam. Hingga saat ini, identitas keIslaman dari kota ini masih sangat kuat. Identitas sebagai kota para ulama juga masih melekat erat pada kota tua penuh sejarah ini. Salah satu ulama terkemuka yang berkontribusi besar dalam pembentukan keagamaan masyarakat Tanjung Pura adalah Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy Hidup Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy NaqsabandiSyekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy Naqsabandi atau yang sering disebut dengan Tuan Guru Besilam, dilahirkan pada 19 Rabiul Awal 1230 H/ 28 September 1830 M, dan meninggal pada 21 Jumadil Awal 1345 H/ 27 Desember 1926 M, pada usia 115 tahun. Ia berasal dari kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampr, Provinsi Riau Rokan dinisbantkan kepada daerah asalnya. Ia meninggal dan dimakamkan di Babussalam. Hingga saat ini, pemakamannya masih dapat disaksikan di kampung Babussalam dan senantiasa ramai diziarahi oleh para kecilnya, ia dinamai dengan Abu Qasim. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, yang merupakan keturunan dari raja Siak. Ibunya bernama Abdul Wahab Rokan Al-Khalidy NaqsabandiSyekh Abdul Wahab Rokan, berasal dari keluarga yang terkenal sebagai alim besar dan shalih. nenekandanya, yakni Haji Abdullah Tembusai merupakan seorang ulama yang disegani di daerahnya. Diriwayatkan dalam sebuah sumber bahwa syekh Abdul Wahab Rokan merupakan seseorang yang berpenampilan sederhana, ia berperawakan sedang, kulitnya putih kuning, air mukanya bersih dan menarik hati setiap orang yang melihatnya. Ia berakhlak baik, tekun beribadah, zhid, dan senantiasa melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah. Ia juga merupakan seseorang yang istiqomah dan teguh berusia dua tahun, ibunya meninggal dunia. Hal ini kemudian menjadikan ia diasuh oleh ayahnya. Ayahnya inilah yang kemudian menjadi madrasah pertama bagi syekh Abdul Wahab Rokan dalam mempelajari ilmu agama. Sepeninggal ayahnya, ia tinggal bersama kakaknya, yakni Seri Barat dan M. ia lanjutkan dengan belajar ke Tembusai. Ia juga pernah belajar ke Malaysia dengan salah seorang gurunya, bernama Syekh H. Muhammad Yusuf, yang lebih dikenal dengan Tuk Ongku. Setelah dua tahun belajar di Malaysia, akhirnya ia berniat untuk pergi belajar ke Ilmu ke MakkahPada tahun 1280 H, ia berangkat ke Makkah. Ia kemudian berguru kepada banyak guru di Mekkah, di antaranya adalah syekh Sulaiman Zuhdi yang merupakan seorang pemimpin tarekat Naqsabandiyah di Syekh Abdul Wahab untuk mendalami Tasawuf ketika di Makkah adalah ketika ia melihat dan membandingkan antara kehidupan fuqoha dengan kehidupan para sufi yang cenderung lebih sederhana. Maka dari itu, ia kemudian memutuskan untuk mempelajari proses memperdalam pengetahuannya tentang tasawuf, ia mempelajari kitab ihya ulumuddin, yang ditulis oleh Imam Al-Ghazali, serta beberapa kitab lainnya. Pengetahuannya berkaitan dengan tarikat dikembangkannya dengan belajar lebih dalam kepada syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abi Kubis, Makkah. Ia bersungguh-sungguh dalam mempelajari tarikat ini, hingga akhirnya ia mendapat ijazah dari syekh Sulaiman Zuhdi sebagai penanda diperbolehkannya ia untuk menyebarkan ajaran Tariqat Naqsabandiyah. Sejak saat itulah, ia digelari dengan nama syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi ke Indonesia dan Menyebarkan Ajaran TarekatSetelah enam tahun belajar di Makkah, ia kembali ke Indonesia dan mulai menyebarkan ajaran tariqat Naqsabandiyah. Ia behasil menjadi ulama termasyhur di Indonesia. Hal ini kemudian membuat salah seorang sultan dari kesultanan Langkat, yakni Sultan Musa untuk mengundang syekh Abdul Wahab Rokan datang ke Langkat untuk mengajar di Langkat. Pada tahun 1865 M, ia dan pengikutnya mulai mengajar di awalnya, ia masih belum menetap di Langkat. Hingga pada suatu saat, Sultan Musa memberikan tawaran kepadanya untuk menetap di Langkat. Tawaran ini diterima oleh syekh Abdul Wahab Rokan. Sultan Musa kemudian memberikan sebuah daerah di hulu Sei Batang Serangan untuk dijadikan tempat menetap syekh Abdul Wahab beserta pengikutnya, dan didirikanlah sebuah perkampungan yang diberi nama “Babussalam”, yang berasal dari kata “bab, yang artinya pintu, dan salam, yang artinya keselamatan.”. jadi, secara bahasa, Babussalam berarti “pintu keselamatan”. Pada perkembangannya, kampung ini kemudian dijadikan sebagai pusat pengajaran dan penyebaran tarikat Naqsabandiyah di Sumatera Utara yang terkenal hingga ke Abdul Wahab Rokan beserta pengikutnya kemudian membuka dan mengembangkan kampung ini secara bersama-sama. Melalui pengajaran tarikat yang diberikan, kampung ini menjadi sebuah kampung dengan nilai keIslaman yang sangat tinggi, bahkan hingga saat ini. Kampung ini dijadikan sebagai daerah otonomi tersendiri, yakni daerah antara keistimewaannya adalah kampung ini tidak dikenakan beban pajak oleh kesultanan Langkat pada waktu itu, dan pemerintah saat ini. Selain itu, kampung ini juga pernah menjadi kampung teladan yang berhasil mengembangkan pertanian pada masa syekh Abdul Wahab daerah istimewa, kampung ini diatur dengan aturan-aturan yang dibuat oleh syekh Abdul Wahab Rokan sebagai pemimpin tertinggi di Babussalam. Begitulah gambaran dari kampung Babussalam yang kemudian dikenal dengan Besilam di bawah pimpinan syekh Abdul Wahab saat ini, kampung ini menjadi kampung yang ramai dikunjungi oleh para peziarah yang ingin menziarahi makam syekh Abdul Wahab Rokan, maupun orang-orang yang ingin belajar tarikat Naqsabandiyah. Babussalam tetap berseri, lestari dengan segenap adat istiadat dan wasiat dari tuan Guru Besilam Babussalam, Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi RujukanBiografi Ulama Besar Langkat Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam, diterbitkan di Stabat, oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kesultanan Langkat, ditulis oleh Djohar Arifin Pertumbuhan Kesultanan Langkat, Deli, dan Serdang, ditulis oleh Usman Pelly, Ratna R., dan T. Ibrahim Alfian. Diterbitkan di Jakarta, tahun 1986, oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Sejarah Masjid Azizi Tanjung Pura-Langkat-Sumatera Utara, ditulis oleh M. Kasim Abdurrahman. Diterbitkan di Jakarta, tahun 2011, oleh Melayu, oleh Ahmad dalam Sejarah dan Perjuangan Kemerdekaan, ditulis oleh Zainal Arifin. Diterbitkan di Medan, tahun 2002, oleh Mitra Posts
kali dibacaInnalillahi wainnailaihi rajiun. Ulama kharismatik asal Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Syekh Haji Hasyim Al-Syarwani, atau yang dikenal dengan panggilan Tuan Guru Besilam, wafat pada Sabtu 16/11, pukul WIB dalam usia 82 tahun. Rencananya, jenazah akan dimakamkan pada Minggu bakda dzuhur, di kompleks perkuburan Babussalam, yang terletak di Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat. Syekh Haji Hasyim Al-Syarwani wafat di Rumah Sakit Colombia Medan, Sumut setelah menjalani perawatan karena sakit yang dideritanya. Tuan Guru Syekh H Hasyim Al-Syarwani adalah pimpinan Pondok Pesantren Tuan Guru Babussalam, pusat tarekat Naqsabandiyah terbesar di Asia Menurut catatan wikipedia, kampung thariqat ini pertama kali dibangun oleh Almarhum Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babussalam. Ia adalah seorang Ulama dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. Pengganti Syekh Abdul Wahab Rokan yang pertama sebagai Tuan Guru Babussalam adalah putranya yang tertua, Syekh H Yahya Afandi. Sementara itu, Syekh H Hasyim Al-Syarwani adalah cucu dari Tuan Guru Babussalam, dan merupakan Tuan Guru ke-10 dari Tarekat Naqsabandiyah ini.
silsilah tuan guru besilam